Kamis, 19 Desember 2013

ternyata ini semua datangnya dari ibu. waktu ibu dirawat di rumah sakit kemarin saya liat dia ngebaca lagi Bumi Manusia-nya om Pram. dan ternyata buku itu ada di tasnya selama ini

Kamis, 12 Desember 2013

Kasihan. Di doanya, di setiap akhir ia menyentuhkan keningnya ke tanah selalu ada sebuah kata tersirat. Selamat. Ia tau arti kata itu. Itu adalah kata-kata yang selalu ia ucapkan setelah ia bertemu Gusti. Ia tidak pernah absen bercerita kepada Gusti. Kebiasaannya, setiap hari ia selalu menceritakan apa yang ia alami hari itu kepada Gusti. 

Hari ini hujan. Mendung tetap menyelimuti kota dengan sombongnya. Ia mulai turun dari ranjangnya dan tidak menyadari apa yang terjadi semalam. Angin tetap berhembus. Pelan. Disela-sela ventilasi kamar terlihat beberapa ekor semut sedang mengangkat makanannya. Bantalnya berserakan di sebelah kiri dan segelas air putih yang sudah terminum sedikit masih ada di meja sebelah ranjangnya. Kepalanya terasa sedikit pusing. Sekarang sudah bulan Desember. Hanya ada satu kata dipikirannya; Hujan.

Ayahnya sering menceritakan legenda hujan kepadanya. Dari mana hujan berasal dan kemana hujan kembali. Pernah ia bertanya kepada ayahnya, mengapa ayahnya begitu tergila-gila kepada hujan. Dengan tenang dan tatapan teduh, ayahnya menjelaskan bahwa ia sangat percaya bahwa hujan adalah sumber dari kehidupan. 

“kau akan mengenal kehidupan ketika kau mengenal hujan kelak, nak”, jelas ayahnya.

“dari hujan kau akan belajar bagaimana kau turun kebawah dan memberikan kesuburan dibawah. Hujan tidak pernah tau kapan ia naik, tetapi naiknya hujan keatas langit adalah sebuah kepastian. Dan turunnya juga sebuah kepastian. Kau akan bahagia ketika kau bisa turun kebawah dan bisa memberikan kesuburan dan kemakmuran disana. Dan kau, pasti akan naik keatas tapi jangan pernah pedulikan kapan itu akan terjadi, karena kau pasti.. pasti akan keatas nanti.” Sambung ayahnya.

Sejak saat itu ia percaya kalau setiap kali hujan, ia harus keluar rumah. Menikmati ketulusan tetesan air dan lembutnya hembusan angin barat. Namun, kali ini ia tidak bersemangat menikmati hujan. Bahkan hanya menikmati secangkir kopi hitam pekat dan segenggam biji kapri pun ia tidak semangat. Bukan karena hujan kali ini, namun karena ada satu hal yang mengganggunya. Satu hal yang hilang dan ia rasa tidak akan pernah kembali.

Ia mengambil gelas yang berisi air di mejanya. Ditenggaknya satu kali. Hujan masih tidak berhenti. Rintiknya turun semakin deras dan tetap menjadi. Setelah ia meletakkan lagi gelas ke atas mejanya, pikirannya semakin membumbung tinggi. Otaknya secara otomatis mengingat dua orang sosok. Sosok yang sangat ia rindukan keberadaannya sekarang. Sosok yang keduanya sangat mencintai hujan. Ayahnya dan Gusti.

Ia mengambil lagi buku catatan yang biasa ia bawa. Ia menyimpan buku tersebut di rak tengah mejanya. Buku itu bersampul cokelat. Ditariknya buku tersebut dari tengah rak. Agak susah ia menariknya. Ketika buku catatan sudah digenggamannya ia gemetar. Seakan ada yang menggetarkan tangannya dari buku tersebut. kemudian ia cepat cepat menyadarkan lamunannya. Ia tahu kenapa ia sangat takut memegang buku tersebut. buku catatan tersebut adalah salah satu hal yang dapat mengingatkannya kepada kedua orang tersebut, juga kepada hujan yang telah mereka lewati bersama. Ia hanya bisa menulis. Di buku catatan yang tadinya kosong, ia bisa menumpahkan segala cerita tentang hujan, Gusti, dan Ayahnya.

Kamis, 31 Oktober 2013

...

dan lagi Tuhan, maaf kalau mungkin selama ini aku hanya menganggapmu sebagai media untuk berbuat lebih baik lagi

interview (gagal)

A: jadi kalo bosen kerjaannya kemana aja?
B: toko buku..
A: sudah?
B: emm.. kebon binatang.
A: apa?
B: ITU ADA KUDA PAKE SEPATU KACA COY!

koit

tidak tepat di sebelah mendiang istrinya, ibu dari ayahku, nenek ku.

Kadang kala kita membutuhkan suatu pengingat untuk diri sendiri. Batu yang terukir nama diri sendiri di depan gedung yang mewah, di dalam sebuah kaca bening yang setiap hari dibersihkan oleh petugas outsource, atau di tembok sebuah tempat ibadah terbesar di Asia Tenggara mungkin menyimpan sebuah nilai kebanggaan bagi penggoresnya. Setiap orang berlomba-lomba menduduki jabatan struktural dengan mengangkangi norma agar dapat menggoreskan tanda dari sebuah tangan di suatu bangunan, gedung, atau tempat ibadah atau tempat apalah yang kalian anggap indah. Namun apakah kebanggaan tersebut masih berpengaruh saat nama mu ditulis di sebuah batu berukuran 60x30 cm yang dipesan di pemahat prasasti pinggir jalan? Bagaimana kalau kau mati?

Kadang juga dalam keramaian, seseorang tidak akan pernah berfikir jernih. Keramaian mengganggu pikiran, begitu kata orang-orang hebat jaman dahulu. Hingga pada akhirnya dibutuhkan kesepian sehingga manusia dapat berpikir jernih. Kekuatan pikiran baru dapat digunakan ketika seseorang berkontemplasi sendiri tanpa ada yang mengganggu. Dan mati itu sepertinya... sepi. Apakah manusia harus mati dulu agar ia dapat berfikir jernih? Atau berfikir jernih dulu untuk mempersiapkan mati?

Jumat, 25 Oktober 2013

And don’t worry about losing. If it is right, it happens — The main thing is not to hurry. Nothing good gets away.

Steinbeck, a letter to his son, Thom, in 1958.

Selasa, 15 Oktober 2013

dan tuhan, terima kasih. mungkin ini caramu membuatku tetap bersyukur, dengan tidak mengabulkan permintaan ku.

Senin, 08 Juli 2013

rumah

bagi gue, rumah adalah dia. karena dia adalah tempat gue pulang. karena, orang terbaik buat kita itu seperti rumah yang sempurna. sesuatu yang bisa melindungi kita dari gelap, hujan, dan menawarkan kenyamanan.
-Raditya Dika dalam Manusia Setengah Salmon

Sabtu, 01 Juni 2013

kuning

ceritakan pada ku indahnya keluh kesah mu. sebelum angin senja membasuh jauh. tetaplah di istana mu, langit yang biru kelabu. biarlah rinduku ku simpan bersama mimpiku. bila kah kau ajak ku bertemu kembali selalu, kutunggu kuningmu disetiap waktu ku. -RS-

sutkusut

kalau anda bertemu dengan orang ini, tolong sampaikan salam padanya. hidup tidak sepanjang senar gitar. masih panjang bung. hidup masih bisa dilalui walaupun kaya benang kusut. benang kusut aja bisa lurus lagi, apalagi hidup. jalan lah ke tempat-tempat yang kusut, pasti ada bonus yang didapet ketika bisa lolos dari benang kusut, apalagi kalo bisa ngelurusin benang yang kusut lagi. salam muka kusut :'D

Senin, 20 Mei 2013

Travel

but he will always come home bring a new story and a souvenir he picked up because it reminded him of you, like it was made for you, and because he missed you.

Sabtu, 18 Mei 2013

Gie

-Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan

-bergeraklah, berjuang selagi bisa!-

lupa


Ibu selalu berkata, “pergilah, jangan kau sesali masa muda mu. Berkelana lah. Jauh. Tapi ingat, jangan sampai terjatuh. Apalagi kau saat kau jatuh pada cinta saat berkelana.  Tapi itu tak apa. Jika sudah terjadi, maka kau akan menjadi orang yang sangat kuat. Namun kau juga bisa menjadi orang yang sangat lemah. Sesekali kau akan berbicara pada awan, meminta restu hujan, dan sangat merindukan malam.”

Kata ibu lagi, “yang paling sulit dari kehilangan adalah melupakan. Jangan sesekali kau melupakan sesuatu. Apalagi sesuatu yang dulu sering mengisi hari mu. Iya, dulu. Otak kita –manusia- memang diciptakan dalam kapasitas yang terbatas. Tidak semuanya bisa diingat dalam tiap ruas. Mengingatlah seperti saat kau pentas."

"Dan satu hal yang paling memilukan adalah ketika kau dilupakan, dihilangkan, bahkan dimusnahkan. apalagi dipaksa. Dipaksa untuk dilupakan, dipaksa untuk dihilangkan, dan dipaksa untuk dimusnahkan. Ingat nak, Tan Malaka itu orang hebat. Namun kita semua dipaksa untuk melupakan, untuk menghilangkan bahkan untuk memusnahkannya. Begitu juga dengan hati. Sebenarnya ibu malas berbicara masalah hati, karena nanti kau akan belajar sendiri. tapi, yasudahlah. Akan sulit untuk memiliki hati ketika hati yang ingin kau miliki malah berusaha melupakan, kamu. seperti Neruda yang pernah menulis “Love is so short, forgetting is so long”. Jika sudah seperti itu, temanmu hanya satu, ia-yang-serba-tau, dan mungkin juga aku. Ibu mu". Ujarnya.

-bait kata yang tak akan pernah terkirim-

Minggu, 05 Mei 2013

Now, i'm officially Rest In Bed \m/

Rabu, 01 Mei 2013

Guno lan topo. kalah dening sabar lan narimo

Selasa, 30 April 2013

haa

ketika rantai yang menutup sebuah ruangan yang telah di las sangat kuat, namun terpaksa harus dipotong oleh tang milik seseorang. dan barang di dalam ruangan tersebut bisa jadi milik seseorang itu tadi. siapa yang berhak? siapa yang harus menjaga? siapa yang harus menerima? lihat sekeliling. semua menoleh ke arah ruangan tersebut. ketika barang itu sudah tidak ada ditempatnya, siapa yang harus menutup pintu lagi? siapa yang harus mengunci pintu lagi? gembok mahal wey!

Senin, 29 April 2013

Kemana perginya matahati? Ke barat. Kenapa? Soalnya disana kiblat. Emang kiblat di barat? Iya. Kalo saya di belanda, ngadep ke barat, berarti saya ngadep inggris dong. Loh? Iya. Saya ngadep istana inggris. Solat saya ke ratu inggris. Gimana syahadatnya? Ga tau. Tanya yang sering ngamuk di tv. Jangan. Nanti mereka ngamuk ke kamu. Kenapa? Mereka ndak suka sama kamu. Yaudah nanti aku bilang suka sama mereka deh biar mereka suka. Sekalian kasih mawar ya. Jangan. Bunga selamat wisuda aja. Kenapa? Biar kamu sekalian cepet wisuda. Lah kan emang bentar lagi aku wisuda. Biar lebih cepet lagi. Ndak bisa. Makanya dikasih bunga. Ih, sekalian dikasih skripsi aja. Iya, lumayan skripsinya bisa buat pesawat pesawatan. Banyak. Iya banyak. Nanti diterbangin dari paralayang. Jangan. Lah kenapa? Saya takut tinggi. Ih kan bisa madep belakang. Tetep. Yaudah kamu tunggu dibawah biar saya yang ngelempar. Oke. Nanti kalo pesawatnya diterbangin aku kabarin. Sip tapi jangan sore-sore. Kenapa? Aku rabun ayam. Ih penyakitnya aneh-aneh, kenapa rabun ayam? Soalnya ayam enak kalo di goreng, apalagi di kremes. Di kremes sampe ancur tulangnya. Itu diremes. Sama aja. Beda. Cuma nambahin k doang di awalnya padahal. Iye, coba aja utang sama kutang, beda kan. Sama! dua2nya buat emak-emak.
mas mau beli air minum mas
Gabisa, udah tutup
Yah.. buka lagi dong mas
Gabisa Mas..
buka mas..
Ndak
Mas kok ada tai lalet di jidat mas?
Iya ini tanda lahir
Lahirnya di ee in laler ya mas?
Enggak, di eek in kebo
Oh. Pantes. Bau ketek. Mas kok rambutnya belah tengah mas? Sodaranya pierre roland ya mas?
Bukan, sodaranya poltak.
Mau kawin sama peggy dong mas?
Saya sukanya sama bulan. Awal bulan.
Kalo gitu kita sama mas, saya juga sukanya bulan. Terang bulan. Apalagi yang ketan item. Enak. Ada parutan kelapanya
Jawab jujur! Sakitan bisul di dalem lobang idung kanan apa jerawat di dalem lobang idung kiri?
Kata orang ini mah karma. Tapi ini juga mirip kurma. Kenapa mirip? Karena karma sama kurma cuma beda satu huruf vokal doang a sama u. Kurma bisa bikin batal puasa, enak manis. Karma juga bisa, kalo orangnya esmosian, kena karma pasti dia marah. Mukul orang. Abis itu puasanya batal. Semoga aja ndak dibales mukul sama orang yang dipukul tadi. Daripada beli kurma, mahal, mendingan kena karma. Murah.

whoop


Dua itu kadang lebih baik daripada satu. Kadang. karena ada waktunya sesuatu itu hanya diciptakan satu. Bukan dua. Lobang idung jumlahnya dua. Karena memang diciptakan dua. Walaupun satunya kesumbet, kita masih bisa mempergunakan lobang yang lainnya. Dua yang menguntungkan. Tapi coba liat kalo mulut di dalam tubuh manusia ada dua. Ribet. Mulut satu aja jaganya udah susah, apalagi punya dua mulut. Pertanyaan lainnya, mau dipelihara dimana mulut kalo ada dua? Ribet doang. Mending miara kambing. Kalo gendut bisa dijual. Dapet duit.

Ketika dihadapkan kedalam suatu pilihan, manusia kadang diuntungkan kadang pula dirugikan. Sekali lagi, kadang. pilihan itu bisa dua atu lebih dari itu. Kalau pilihannya lebih dari dua, bisa saya katakan pilihan itu masih mudah. Manusia masih bisa memilih dengan rasiol akal pikiran yang mereka punya. Tidak ada tendensius pemilihan walaupun potensi konflik agak besar. Tapi potensi konflik tersebut tidaklah sekuat dalam pilihan yang hanya terjadi jika ada dua objek yang harus dipilih. Bayangkan jika ada seratus objek, yang harus dipilih hanyalah satu orang. Oke, mungkin satu objek terlalu ekstrim, katakanlah 20 objek. Ketika 20 objek tersebut dipilih, ke-80 objek yang tidak terpilih kemudian akan kecewa. Kenapa? Ya karena mereka tidak terpilih. Bukan karena raffi ahmad ditahan, bukan. Dalam kekecewaan tersebut, mereka yang tidak terpilih  Kemudian, ketika dari 20 objek tadi akan dipilih menjadi 10 objek, maka ke-10 objek yang tidak terpilih juga akan kecewa. Begitu juga seterusnya, sampai menyisakan dua objek. Kenapa dua objek? Karena dengan adanya dua objek memperjelas kemana tujuan yang akan dicapai. Yaitu pilihan, objek yang dipilih. Objek yang berhasil dipilih. Iya, dipilih.
17.28. sore-pergi tanpa pesan
Saya lagi di klaten sore ini. Entah level kerandoman apa lagi yang saya perbuat sore ini. Sore ini masih seperti biasanya, jingga dan hampir kelabu. Duduk di emperan toko kecil, yang hampir bangkrut dan dimakan jaman. Saya juga masih ditemenin pandora, pespo masih di garasi kosan, statternya ndak bisa. Jujur, cara menghilangkan penat tersimpel adalah ini, sepedahan tanpa tau arah tujuan (walaupun sampai saat ini penat itu masih bergerumul jadi satu di kepala). Setelah dikagetkan dengan hal-hal baru, saya memilih ini. Pergi sejenak tanpa permisi. Sampai saya menuliskan ini, i'm still surprising about what i've found this afternoon. Diam sambil mengetik jadi pilihan utama. Tanpa banyak kata. Tanpa banyak bicara. Langit semakin hitam. Klaten masih tetap seperti ini. Saya juga tetap seperti ini. Tidak bergerak. Hanya ibu jari yang sibuk menari.
Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelam~

Minggu, 17 Maret 2013

halooooo... nona 600 km

Selasa, 19 Februari 2013

anjir! hidup lo random banget bang! udah kaya playlist ipod yang di shuffle
-adik angkatan yang minta di ospek lagi-

Lokananta, Ziarah Musik Indonesia



Perjalanan dimulai ketika saya menginjakkan kaki di stasiun solo balapan. Panasnya cuaca di solo tidak lantas menghentikan niat saya untuk berjalan ke Lokananta. Pencarian awal adalah dengan menggunakan GPS di handphone canggih masa kini untuk bisa menemukan Museum tersebut. Ketika saya keluar dari Stasiun Solo Balapan, banyak penarik becak dan ojek yang menawarkan tumpangan untuk saya (tentunya tumpangan yang berbayar), namun karena tekad saya adalah bahwa perjalanan ke solo ini akan dihabiskan dengan jalan kaki, maka saya mengindahkan tawaran mereka. saya memang masih sangat buta dengan kota solo. Bahkan saya pun tidak tahu dimana saya ketika baru tiba di stasiun Solo Balapan. Kesalahan pertama yang saya buat adalah bahwa seharusnya saya turun di stasiun Purwosari, bukan Stasiun Solo Balapan karena letak studio Lokananta lebih dekat ditempuh dari stasiun Purwosari. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit berjalan kaki dari Stasiun Purwosari atau sekitar 1 kilometer jaraknya dari Stasun tersebut. Sedangkan jika berjalan dari Stasiun Solo Balapan, jarak yang ditempuh bisa sampai 4 kilometer jauhnya atau memakan waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam. Bayangkan, mungkin beberapa jauh lagi saya berjalan, betis saya akan berubah menjadi tabung gas 12 kilo.

Banyak informasi yang mengatakan kalau studio Lokananta terletak di Jalan Jendral A. Yani no. 39. Ya, selamat! Anda telah tertipu mentah mentah. Memang , letak dari Studio tersebut adalah di Jalan Jendral A. Yani tetapi bukan di nomor 379, bukan 39. Jauh bukan? Bahkan dari kesimpang siuran nomor tersebutlah yang menyebabkan saya harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer ditengah teriknya matahari kota solo. Karena ketidaktahuan ditambah kesoktauan saya tentang kota solo, baiklah saya memilih untuk berjalan terus. Tapi sialnya, saya malah memilih jalan yang salah. Bukannya melewati jalan di dalam kota, saya malah memilih lewat jalan di pinggir kota yang (sepertinya) saya anggap itu sebagai jalan lingkar luar kota solo. Oke, saya salah lagi. Berjalan di pinggir kota solo memang panas, tapi pemandangan yang ditawarkan cukup memanjakan mata untuk terus menatap ke sekeliling. Oh iya, saya juga sempat melewati pasar burung dan pasar ikan, mampir sebentar, ngobrol sebentar, dan jatuh cinta sebentar :’) Perjalanan dari pasar burung menuju studio Lokananta masih harus ditempuh selama kurang lebih 30 menit. Sampai pada akhirnya saya tiba di depan studio terbesar yang sempat berjaya pada masanya.

Tiba di Studio Lokananta, saya langsung disambut bangunan tua yang seakan ingin banyak bercerita tentang masa-masa jayanya di tahun 1960-an. Bangunan itu tetap berdiri kokoh walaupun sudah dimakan jaman. Ada sedikit renovasi yang dilakukan oleh pengelola gedung walaupun tidak begitu terlihat. Sebagai informasi, bangunan studio yang juga berada dibawah naungan PNRI (Percetakan Nasional Republik Indonesia) sempat terkena angin puting beliung sekitar lima tahun yang lalu. Namun, orisinalitas gedung ini tetap terjaga dengan warna kuning yang hampir pudar dipadu dengan batuan-batuan kecil yang ditempel ala arsitektur belanda (ketauan nih saya bukan anak arsi). Sampai di depan Studio Lokananta, saya lalu menuju pos penjagaan. Dan ternyata ada lagi kesalahan yang saya buat. Hari sabtu dan minggu adalah hari libur untuk Studio ini. saya yang diberitahu Pak Agus –penjaga kantor- bahwa hari sabtu dan minggu sudah tidak ada karyawan yang masuk kemudian memasang muka melas (padahal mukanya udah begini nih dari dulu, melas). Lima menit berbicara sebentar dengan Pak Agus, Akhirnya beliau memutuskan untuk mengantar saya berkeliling Studio Lokananta, dalam hati saya, akhirnya muka melas ini berguna juga.

Berjalan kedalam studio, di ruang pertama kita akan menemukan kata-kata sambutan dari studio lokananta. Di ruangan tersebut yang sepertinya juga sebagai ruang tunggu, hanya berisi sebagian pajangan pita-pita rekaman yang dahulu digunakan untuk merekam lagu yang diproduksi oleh musisi-musisi ciamik pada jamannya. pita master rekaman tersebut diletakkan di tembok yang bersebelahan dengan denah Studio Lokananta. Kemudian saya masuk menuju ruang museum.


Di ruang museum yang tidak terlalu besar, saya disuguhkan oleh berbagai macam “artefak” yang tentu saja masih dirawat dan masih bisa digunakan, walaupun ada beberapa benda di museum tersebut sudah dalam kondisi tidak dapat digunakan. Mulai dari pattern generator, pemutar piringan hitam tahun 1970, hingga speaker control tahun 1960 yang masih dalam kondisi baik terletak di museum. Semua barang-barang tersebut dirawat sehingga masih memiliki kualitas baik untuk dapat dijalankan sesuai fungsinya. Kekaguman saya muncul ketika melihat VHS Video Recorder beserta kaset-kaset recorder yang ada di dalam ruangan tersebut. Ternyata kaset-kaset VHS yang berisi tentang video-video kebudayaan di indonesia berasal dari Studio Lokananta. Setelah menikmati beberapa saat, kemudian saya diajak oleh pak Agus untuk menuju ruang penyimpanan piringan hitam.


Ruangan penyimpanan piringan hitam berada tepat di sebelah ruangan museum yang menyimpan mesin-mesin perekaman tadi. Begitu masuk ke ruangan penyimpanan piringan hitam, satu-satunya kata yang saya ucapkan adalah.. “anjiiing!!!”. Itu adalah satu-satunya kata yang saya ucapkan dan pak Agus hanya cengangas cengenges. Ruang penyimpanan di Studio Lokananta menyimpan ratusan keping piringan hitam. Dan semuanya adalah musik musik yang sangat berkualitas. Mulai dari lagu-lagu daerah, hingga lagu-lagu pop 60an tersimpan disana. Siapa yang tidak kenal Waljinah? Siapa juga yang tidak kenal Zaenal Combo atau Combo Ria? Semua piringan hitam hasil rekaman mereka tersimpan rapih di Studio Lokananta dan berdampingan dengan musik-musik berkualitas lainnya. Selain itu, di dalam ruangan ini juga menyimpan rekaman-rekaman suarau Bung Karno saat memberikan pidato di berbagai tempat. Rekaman pidato tersebut juga merupakan salah satu koleksi “anjing!” menurut saya. Sepertinya hanya Studio Lokananta yang menyimpan rekaman pidato-pidato bung karno dengan suara khasnya. Pada dasarnya, ruang penyimpanan tersebut adalah surga bagi para pencinta piringan-piringan hitam. Setelah saya puas melihat koleksi-koleksi ciamik yang terdapat disana, setelah saya keringetan juga berada di dalam ruangan penyimpanan Piringan Hitam, akhirnya saya dan Pak Agus keluar untuk berkeliling lagi menuju ruangan merchandise yang berisi cd hasil digitalisasi sebagian piringan-piringan hitam yang terdapat di ruang peyimpanan Piringan Hitam. Setelah sedikit tur di ruangan tersebut, akhirnya kami keluar dan lebih banyak bertukar pikiran di pos satpam karena kondisi udara yang lebih segar dan sejuk.


Sebenarnya saya sedikit miris ketika melihat Studio Lokananta sekarang. Studio ini pernah jaya di eranya. Dahulu, kata Pak Agus, pegawai di Studio Lokananta bisa mencapai 120an orang terbukti dengan adanya lonceng yang terletak di sebelah gedung tersebut. Kondisi tanah yang luas juga dapat menggambarkan bahwa betapa hebatnya Studio ini pada jamannya. Namun, keadaan tersebut berbanding terbalik sekarang. Pegawai di Studio Lokananta sekarang hanya berjumlah 19 orang, termasuk satpam yang berjumlah 3 orang. Artinya, hanya 16 orang saja yang berkantor disana. Terjadinya kemerosotan jumlah pegawai juga merupakan salah satu kendala perawatan alat-alat rekaman yang terdapat di Studio Lokananta. Pak Agus juga sempat bercerita bahwa dahulu, Studio Lokananta juga memproduksi piringan-piringan hitam yang alatnya berada ditengah gedung Studio. Namun, seiring berjalannya waktu, alat tersebut tidak diketahui keberadaannya sehingga Studio Lokananta juga tidak memproduksi piringan-piringan hitam lagi.

Kemirisan juga terlihat ketika memasuki ruangan penyimpanan Piringan Hitam. Ruangan ber-AC adalah salah satu standar di dalam penyimpanan piringan-piringan hitam agar kualitasnya dapat terjaga. Namun, di ruang penyimpanan Piringan Hitam Tersebut tidak terdapat mesin pendingin ruangan untuk menjaga suhu disana. Ruangan yang panas dikhawatirkan dapat merusak kualitas Piringan Hitam dan dapat merusak bungkus dari Piringan Hitam tersebut. Usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola Studio adalah dengan cara memberikan bubuk kopi dan kapur barus untuk menjaga kondisi ruangan. Kopi dimaksudkan untuk menjaga agar ruangan tidak berbau lembab dan tetap berbau netral, sedangkan penyediaan kapur barus bermaksud untuk menjaga agar ruangan terjaga dari kutu. Ketika berbicara mengenai hal tersebut, satu-satunya kendala yang dihadapi oleh pihak pengelola adalah masalah biaya. Ketidaktersediaannya biaya mengakibatkan kondisi di dalam Studio Lokananta menjadi biasa-biasa saja bahkan dapat dibilang kurang. Dengan kondisi keberadaannya yang dibawah BUMN yaitu PNRI, seharusnya Studio Lokananta mendapatkan suatu perhatian penuh dari pemerintah khususnya pemerintah pusat. Menururt penuturan Pak Agus, sampai sekarng, pemerintah pusat tidak pernah memberikan perhatian bahkan bantuan secara finansial kepada Studio Lokananta. Padahal, pemerintah kota Surakarta sempat manawarkan diri untuk mengambil alih kepemilikan dari pusat menjadi kepemilikan daerah. Namun, dengan berbagai alasan yang diberikan oleh pemerintah pusat, studio ini tidak dapat dialihkan tanggungjawabnya ke pemerintah kota Surakarta. Memang terdapat suatu kejanggalan ketika mendengar cerita yang dituturkan oleh Pak Agus, namun memang begitu lah realita yang terjadi sekarang. Pak Agus sempat bercerita kepada saya bahwa para pegawai di Studio Lokananta juga harus mati-matian mencari sampingan untuk tetap dapat menghidupi dirinya. Salah satu caranya adalah dengan cara menjual hasil digitalisasi Piringan Hitam kedalam format CD yang dapat dibeli di Studio tersebut.


Selain dapat menghasilkan karya yang dapat menunjang perekonomian kreatif, Studio Lokananta juga merupakan salah satu peninggalah sejarah yang tidak boleh dilupakan apalagi dihapuskan. Keberadaan Studio Lokananta yang merupakan satu-satunya studio tertua yang melahirkan rekaman musisi-musisi Indonesia ternama merupakan salah satu alasan mengapa keberadaan Studio Lokananta harus dipertahankan. Untuk itu kawan, mari sebar luaskan pesan ini, pesan yang bertujuan menyelamatkan sejarah musik Indonesia, Save Lokananta.

Minggu, 10 Februari 2013

Kita berdua hanya berpegangan tangan Tak perlu berpelukan Kita berdua hanya saling bercerita Tak perlu memuji Kita berdua tak pernah ucapkan maaf Tapi saling mengerti Kita berdua tak hanya menjalani cinta Tapi menghidupi Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu Jatuh cinta itu biasa saja Saat cemburu, kian membelenggu, cepat berlalu Jatuh cinta itu biasa saja Jika jatuh cinta itu buta Berdua kita akan tersesat Saling mencari di dalam gelap Kedua mata kita gelap Lalu hati kita gelap Hati kita gelap Lalu hati kita gelap

Selasa, 01 Januari 2013

aku mencintaimu, ini urusanku. bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu