ternyata ini semua datangnya dari ibu. waktu ibu dirawat di rumah sakit kemarin saya liat dia ngebaca lagi Bumi Manusia-nya om Pram. dan ternyata buku itu ada di tasnya selama ini
Kamis, 19 Desember 2013
Kamis, 12 Desember 2013
Kasihan. Di doanya, di setiap akhir ia menyentuhkan keningnya ke tanah selalu ada sebuah kata tersirat. Selamat. Ia tau arti kata itu. Itu adalah kata-kata yang selalu ia ucapkan setelah ia bertemu Gusti. Ia tidak pernah absen bercerita kepada Gusti. Kebiasaannya, setiap hari ia selalu menceritakan apa yang ia alami hari itu kepada Gusti.
Hari ini hujan. Mendung tetap menyelimuti kota dengan sombongnya. Ia mulai turun dari ranjangnya dan tidak menyadari apa yang terjadi semalam. Angin tetap berhembus. Pelan. Disela-sela ventilasi kamar terlihat beberapa ekor semut sedang mengangkat makanannya. Bantalnya berserakan di sebelah kiri dan segelas air putih yang sudah terminum sedikit masih ada di meja sebelah ranjangnya. Kepalanya terasa sedikit pusing. Sekarang sudah bulan Desember. Hanya ada satu kata dipikirannya; Hujan.
Ayahnya sering menceritakan legenda hujan kepadanya. Dari mana hujan berasal dan kemana hujan kembali. Pernah ia bertanya kepada ayahnya, mengapa ayahnya begitu tergila-gila kepada hujan. Dengan tenang dan tatapan teduh, ayahnya menjelaskan bahwa ia sangat percaya bahwa hujan adalah sumber dari kehidupan.
“kau akan mengenal kehidupan ketika kau mengenal hujan kelak, nak”, jelas ayahnya.
“dari hujan kau akan belajar bagaimana kau turun kebawah dan memberikan kesuburan dibawah. Hujan tidak pernah tau kapan ia naik, tetapi naiknya hujan keatas langit adalah sebuah kepastian. Dan turunnya juga sebuah kepastian. Kau akan bahagia ketika kau bisa turun kebawah dan bisa memberikan kesuburan dan kemakmuran disana. Dan kau, pasti akan naik keatas tapi jangan pernah pedulikan kapan itu akan terjadi, karena kau pasti.. pasti akan keatas nanti.” Sambung ayahnya.
Sejak saat itu ia percaya kalau setiap kali hujan, ia harus keluar rumah. Menikmati ketulusan tetesan air dan lembutnya hembusan angin barat. Namun, kali ini ia tidak bersemangat menikmati hujan. Bahkan hanya menikmati secangkir kopi hitam pekat dan segenggam biji kapri pun ia tidak semangat. Bukan karena hujan kali ini, namun karena ada satu hal yang mengganggunya. Satu hal yang hilang dan ia rasa tidak akan pernah kembali.
Ia mengambil gelas yang berisi air di mejanya. Ditenggaknya satu kali. Hujan masih tidak berhenti. Rintiknya turun semakin deras dan tetap menjadi. Setelah ia meletakkan lagi gelas ke atas mejanya, pikirannya semakin membumbung tinggi. Otaknya secara otomatis mengingat dua orang sosok. Sosok yang sangat ia rindukan keberadaannya sekarang. Sosok yang keduanya sangat mencintai hujan. Ayahnya dan Gusti.
Ia mengambil lagi buku catatan yang biasa ia bawa. Ia menyimpan buku tersebut di rak tengah mejanya. Buku itu bersampul cokelat. Ditariknya buku tersebut dari tengah rak. Agak susah ia menariknya. Ketika buku catatan sudah digenggamannya ia gemetar. Seakan ada yang menggetarkan tangannya dari buku tersebut. kemudian ia cepat cepat menyadarkan lamunannya.
Ia tahu kenapa ia sangat takut memegang buku tersebut. buku catatan tersebut adalah salah satu hal yang dapat mengingatkannya kepada kedua orang tersebut, juga kepada hujan yang telah mereka lewati bersama. Ia hanya bisa menulis. Di buku catatan yang tadinya kosong, ia bisa menumpahkan segala cerita tentang hujan, Gusti, dan Ayahnya.
Kamis, 31 Oktober 2013
...
dan lagi Tuhan, maaf kalau mungkin selama ini aku hanya menganggapmu sebagai media untuk berbuat lebih baik lagi
interview (gagal)
A: jadi kalo bosen kerjaannya kemana aja?
B: toko buku..
A: sudah?
B: emm.. kebon binatang.
A: apa?
B: ITU ADA KUDA PAKE SEPATU KACA COY!
B: toko buku..
A: sudah?
B: emm.. kebon binatang.
A: apa?
B: ITU ADA KUDA PAKE SEPATU KACA COY!
koit
tidak tepat di sebelah mendiang istrinya, ibu dari ayahku, nenek ku.
Kadang kala kita membutuhkan suatu pengingat untuk diri sendiri. Batu yang terukir nama diri sendiri di depan gedung yang mewah, di dalam sebuah kaca bening yang setiap hari dibersihkan oleh petugas outsource, atau di tembok sebuah tempat ibadah terbesar di Asia Tenggara mungkin menyimpan sebuah nilai kebanggaan bagi penggoresnya. Setiap orang berlomba-lomba menduduki jabatan struktural dengan mengangkangi norma agar dapat menggoreskan tanda dari sebuah tangan di suatu bangunan, gedung, atau tempat ibadah atau tempat apalah yang kalian anggap indah. Namun apakah kebanggaan tersebut masih berpengaruh saat nama mu ditulis di sebuah batu berukuran 60x30 cm yang dipesan di pemahat prasasti pinggir jalan? Bagaimana kalau kau mati?
Kadang juga dalam keramaian, seseorang tidak akan pernah berfikir jernih. Keramaian mengganggu pikiran, begitu kata orang-orang hebat jaman dahulu. Hingga pada akhirnya dibutuhkan kesepian sehingga manusia dapat berpikir jernih. Kekuatan pikiran baru dapat digunakan ketika seseorang berkontemplasi sendiri tanpa ada yang mengganggu. Dan mati itu sepertinya... sepi. Apakah manusia harus mati dulu agar ia dapat berfikir jernih? Atau berfikir jernih dulu untuk mempersiapkan mati?
Jumat, 25 Oktober 2013
Selasa, 15 Oktober 2013
Senin, 08 Juli 2013
rumah
bagi gue, rumah adalah dia. karena dia adalah tempat gue pulang. karena, orang terbaik buat kita itu seperti rumah yang sempurna. sesuatu yang bisa melindungi kita dari gelap, hujan, dan menawarkan kenyamanan.
-Raditya Dika dalam Manusia Setengah Salmon
Sabtu, 01 Juni 2013
kuning
ceritakan pada ku indahnya keluh kesah mu. sebelum angin senja membasuh jauh. tetaplah di istana mu, langit yang biru kelabu. biarlah rinduku ku simpan bersama mimpiku. bila kah kau ajak ku bertemu kembali selalu, kutunggu kuningmu disetiap waktu ku. -RS-
sutkusut
kalau anda bertemu dengan orang ini, tolong sampaikan salam padanya. hidup tidak sepanjang senar gitar. masih panjang bung. hidup masih bisa dilalui walaupun kaya benang kusut. benang kusut aja bisa lurus lagi, apalagi hidup. jalan lah ke tempat-tempat yang kusut, pasti ada bonus yang didapet ketika bisa lolos dari benang kusut, apalagi kalo bisa ngelurusin benang yang kusut lagi. salam muka kusut :'D
Senin, 20 Mei 2013
Travel
but he will always come home bring a new story and a souvenir he picked up because it
reminded him of you, like it was made for you, and because he missed you.
Sabtu, 18 Mei 2013
lupa
Ibu selalu berkata, “pergilah, jangan kau sesali masa muda mu.
Berkelana lah. Jauh. Tapi ingat, jangan sampai terjatuh. Apalagi kau saat kau
jatuh pada cinta saat berkelana. Tapi itu
tak apa. Jika sudah terjadi, maka kau akan menjadi orang yang sangat kuat. Namun
kau juga bisa menjadi orang yang sangat lemah. Sesekali kau akan berbicara pada
awan, meminta restu hujan, dan sangat merindukan malam.”
Kata ibu lagi, “yang paling sulit dari kehilangan adalah
melupakan. Jangan sesekali kau melupakan sesuatu. Apalagi sesuatu yang dulu
sering mengisi hari mu. Iya, dulu. Otak kita –manusia- memang diciptakan dalam
kapasitas yang terbatas. Tidak semuanya bisa diingat dalam tiap ruas. Mengingatlah
seperti saat kau pentas."
"Dan satu hal yang paling memilukan adalah ketika kau
dilupakan, dihilangkan, bahkan dimusnahkan. apalagi dipaksa. Dipaksa untuk
dilupakan, dipaksa untuk dihilangkan, dan dipaksa untuk dimusnahkan. Ingat nak,
Tan Malaka itu orang hebat. Namun kita semua dipaksa untuk melupakan, untuk
menghilangkan bahkan untuk memusnahkannya. Begitu juga dengan hati. Sebenarnya ibu malas berbicara masalah hati, karena nanti kau akan belajar sendiri. tapi, yasudahlah. Akan sulit
untuk memiliki hati ketika hati yang ingin kau miliki malah berusaha melupakan,
kamu. seperti Neruda yang pernah menulis “Love is so short, forgetting is so long”. Jika sudah seperti itu, temanmu hanya satu, ia-yang-serba-tau, dan
mungkin juga aku. Ibu mu". Ujarnya.
-bait kata yang tak akan pernah terkirim-
Selasa, 30 April 2013
haa
ketika rantai yang menutup sebuah ruangan yang telah di las sangat kuat, namun terpaksa harus dipotong oleh tang milik seseorang. dan barang di dalam ruangan tersebut bisa jadi milik seseorang itu tadi. siapa yang berhak? siapa yang harus menjaga? siapa yang harus menerima? lihat sekeliling. semua menoleh ke arah ruangan tersebut. ketika barang itu sudah tidak ada ditempatnya, siapa yang harus menutup pintu lagi? siapa yang harus mengunci pintu lagi? gembok mahal wey!
Senin, 29 April 2013
Kemana perginya matahati? Ke barat. Kenapa? Soalnya disana kiblat. Emang kiblat di barat? Iya. Kalo saya di belanda, ngadep ke barat, berarti saya ngadep inggris dong. Loh? Iya. Saya ngadep istana inggris. Solat saya ke ratu inggris. Gimana syahadatnya? Ga tau. Tanya yang sering ngamuk di tv. Jangan. Nanti mereka ngamuk ke kamu. Kenapa? Mereka ndak suka sama kamu. Yaudah nanti aku bilang suka sama mereka deh biar mereka suka. Sekalian kasih mawar ya. Jangan. Bunga selamat wisuda aja. Kenapa? Biar kamu sekalian cepet wisuda. Lah kan emang bentar lagi aku wisuda. Biar lebih cepet lagi. Ndak bisa. Makanya dikasih bunga. Ih, sekalian dikasih skripsi aja. Iya, lumayan skripsinya bisa buat pesawat pesawatan. Banyak. Iya banyak. Nanti diterbangin dari paralayang. Jangan. Lah kenapa? Saya takut tinggi. Ih kan bisa madep belakang. Tetep. Yaudah kamu tunggu dibawah biar saya yang ngelempar. Oke. Nanti kalo pesawatnya diterbangin aku kabarin. Sip tapi jangan sore-sore. Kenapa? Aku rabun ayam. Ih penyakitnya aneh-aneh, kenapa rabun ayam? Soalnya ayam enak kalo di goreng, apalagi di kremes. Di kremes sampe ancur tulangnya. Itu diremes. Sama aja. Beda. Cuma nambahin k doang di awalnya padahal. Iye, coba aja utang sama kutang, beda kan. Sama! dua2nya buat emak-emak.
mas mau beli air minum mas
Gabisa, udah tutup
Yah.. buka lagi dong mas
Gabisa Mas..
buka mas..
Ndak
Mas kok ada tai lalet di jidat mas?
Iya ini tanda lahir
Lahirnya di ee in laler ya mas?
Enggak, di eek in kebo
Oh. Pantes. Bau ketek. Mas kok rambutnya belah tengah mas? Sodaranya pierre roland ya mas?
Bukan, sodaranya poltak.
Mau kawin sama peggy dong mas?
Saya sukanya sama bulan. Awal bulan.
Kalo gitu kita sama mas, saya juga sukanya bulan. Terang bulan. Apalagi yang ketan item. Enak. Ada parutan kelapanya
Gabisa, udah tutup
Yah.. buka lagi dong mas
Gabisa Mas..
buka mas..
Ndak
Mas kok ada tai lalet di jidat mas?
Iya ini tanda lahir
Lahirnya di ee in laler ya mas?
Enggak, di eek in kebo
Oh. Pantes. Bau ketek. Mas kok rambutnya belah tengah mas? Sodaranya pierre roland ya mas?
Bukan, sodaranya poltak.
Mau kawin sama peggy dong mas?
Saya sukanya sama bulan. Awal bulan.
Kalo gitu kita sama mas, saya juga sukanya bulan. Terang bulan. Apalagi yang ketan item. Enak. Ada parutan kelapanya
Kata orang ini mah karma. Tapi ini juga mirip kurma. Kenapa mirip? Karena karma sama kurma cuma beda satu huruf vokal doang a sama u. Kurma bisa bikin batal puasa, enak manis. Karma juga bisa, kalo orangnya esmosian, kena karma pasti dia marah. Mukul orang. Abis itu puasanya batal. Semoga aja ndak dibales mukul sama orang yang dipukul tadi. Daripada beli kurma, mahal, mendingan kena karma. Murah.
whoop
Dua itu kadang lebih baik daripada satu. Kadang. karena ada
waktunya sesuatu itu hanya diciptakan satu. Bukan dua. Lobang idung jumlahnya
dua. Karena memang diciptakan dua. Walaupun satunya kesumbet, kita masih bisa
mempergunakan lobang yang lainnya. Dua yang menguntungkan. Tapi coba liat kalo
mulut di dalam tubuh manusia ada dua. Ribet. Mulut satu aja jaganya udah susah,
apalagi punya dua mulut. Pertanyaan lainnya, mau dipelihara dimana mulut kalo
ada dua? Ribet doang. Mending miara kambing. Kalo gendut bisa dijual. Dapet
duit.
Ketika dihadapkan kedalam suatu pilihan, manusia kadang
diuntungkan kadang pula dirugikan. Sekali lagi, kadang. pilihan itu bisa dua
atu lebih dari itu. Kalau pilihannya lebih dari dua, bisa saya katakan pilihan
itu masih mudah. Manusia masih bisa memilih dengan rasiol akal pikiran yang
mereka punya. Tidak ada tendensius pemilihan walaupun potensi konflik agak
besar. Tapi potensi konflik tersebut tidaklah sekuat dalam pilihan yang hanya
terjadi jika ada dua objek yang harus dipilih. Bayangkan jika ada seratus
objek, yang harus dipilih hanyalah satu orang. Oke, mungkin satu objek terlalu
ekstrim, katakanlah 20 objek. Ketika 20 objek tersebut dipilih, ke-80 objek
yang tidak terpilih kemudian akan kecewa. Kenapa? Ya karena mereka tidak terpilih.
Bukan karena raffi ahmad ditahan, bukan. Dalam kekecewaan tersebut, mereka yang
tidak terpilih Kemudian, ketika dari 20
objek tadi akan dipilih menjadi 10 objek, maka ke-10 objek yang tidak terpilih
juga akan kecewa. Begitu juga seterusnya, sampai menyisakan dua objek. Kenapa
dua objek? Karena dengan adanya dua objek memperjelas kemana tujuan yang akan
dicapai. Yaitu pilihan, objek yang dipilih. Objek yang berhasil dipilih. Iya,
dipilih.
17.28. sore-pergi tanpa pesan
Saya lagi di klaten sore ini. Entah level kerandoman apa lagi yang saya perbuat sore ini. Sore ini masih seperti biasanya, jingga dan hampir kelabu. Duduk di emperan toko kecil, yang hampir bangkrut dan dimakan jaman. Saya juga masih ditemenin pandora, pespo masih di garasi kosan, statternya ndak bisa. Jujur, cara menghilangkan penat tersimpel adalah ini, sepedahan tanpa tau arah tujuan (walaupun sampai saat ini penat itu masih bergerumul jadi satu di kepala). Setelah dikagetkan dengan hal-hal baru, saya memilih ini. Pergi sejenak tanpa permisi. Sampai saya menuliskan ini, i'm still surprising about what i've found this afternoon. Diam sambil mengetik jadi pilihan utama. Tanpa banyak kata. Tanpa banyak bicara. Langit semakin hitam. Klaten masih tetap seperti ini. Saya juga tetap seperti ini. Tidak bergerak. Hanya ibu jari yang sibuk menari.
Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelam~
Saya lagi di klaten sore ini. Entah level kerandoman apa lagi yang saya perbuat sore ini. Sore ini masih seperti biasanya, jingga dan hampir kelabu. Duduk di emperan toko kecil, yang hampir bangkrut dan dimakan jaman. Saya juga masih ditemenin pandora, pespo masih di garasi kosan, statternya ndak bisa. Jujur, cara menghilangkan penat tersimpel adalah ini, sepedahan tanpa tau arah tujuan (walaupun sampai saat ini penat itu masih bergerumul jadi satu di kepala). Setelah dikagetkan dengan hal-hal baru, saya memilih ini. Pergi sejenak tanpa permisi. Sampai saya menuliskan ini, i'm still surprising about what i've found this afternoon. Diam sambil mengetik jadi pilihan utama. Tanpa banyak kata. Tanpa banyak bicara. Langit semakin hitam. Klaten masih tetap seperti ini. Saya juga tetap seperti ini. Tidak bergerak. Hanya ibu jari yang sibuk menari.
Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelam~
Minggu, 17 Maret 2013
Selasa, 19 Februari 2013
Lokananta, Ziarah Musik Indonesia
Perjalanan dimulai ketika saya menginjakkan kaki di stasiun
solo balapan. Panasnya cuaca di solo tidak lantas menghentikan niat saya untuk
berjalan ke Lokananta. Pencarian awal adalah dengan menggunakan GPS di
handphone canggih masa kini untuk bisa menemukan Museum tersebut. Ketika saya
keluar dari Stasiun Solo Balapan, banyak penarik becak dan ojek yang menawarkan
tumpangan untuk saya (tentunya tumpangan yang berbayar), namun karena tekad
saya adalah bahwa perjalanan ke solo ini akan dihabiskan dengan jalan kaki,
maka saya mengindahkan tawaran mereka. saya memang masih sangat buta dengan
kota solo. Bahkan saya pun tidak tahu dimana saya ketika baru tiba di stasiun
Solo Balapan. Kesalahan pertama yang saya buat adalah bahwa seharusnya saya
turun di stasiun Purwosari, bukan Stasiun Solo Balapan karena letak studio
Lokananta lebih dekat ditempuh dari stasiun Purwosari. Hanya dibutuhkan waktu
sekitar 15 menit berjalan kaki dari Stasiun Purwosari atau sekitar 1 kilometer
jaraknya dari Stasun tersebut. Sedangkan jika berjalan dari Stasiun Solo
Balapan, jarak yang ditempuh bisa sampai 4 kilometer jauhnya atau memakan waktu
sekitar 1,5 sampai 2 jam. Bayangkan, mungkin beberapa jauh lagi saya berjalan,
betis saya akan berubah menjadi tabung gas 12 kilo.
Banyak informasi yang mengatakan kalau studio Lokananta
terletak di Jalan Jendral A. Yani no. 39. Ya, selamat! Anda telah tertipu
mentah mentah. Memang , letak dari Studio tersebut adalah di Jalan Jendral A.
Yani tetapi bukan di nomor 379, bukan 39. Jauh bukan? Bahkan dari kesimpang
siuran nomor tersebutlah yang menyebabkan saya harus berjalan kaki sejauh 4
kilometer ditengah teriknya matahari kota solo. Karena ketidaktahuan ditambah
kesoktauan saya tentang kota solo, baiklah saya memilih untuk berjalan terus. Tapi
sialnya, saya malah memilih jalan yang salah. Bukannya melewati jalan di dalam
kota, saya malah memilih lewat jalan di pinggir kota yang (sepertinya) saya anggap
itu sebagai jalan lingkar luar kota solo. Oke, saya salah lagi. Berjalan di
pinggir kota solo memang panas, tapi pemandangan yang ditawarkan cukup
memanjakan mata untuk terus menatap ke sekeliling. Oh iya, saya juga sempat
melewati pasar burung dan pasar ikan, mampir sebentar, ngobrol sebentar, dan jatuh
cinta sebentar :’) Perjalanan dari pasar burung menuju studio Lokananta masih
harus ditempuh selama kurang lebih 30 menit. Sampai pada akhirnya saya tiba di
depan studio terbesar yang sempat berjaya pada masanya.
Tiba di Studio Lokananta, saya langsung disambut bangunan
tua yang seakan ingin banyak bercerita tentang masa-masa jayanya di tahun
1960-an. Bangunan itu tetap berdiri kokoh walaupun sudah dimakan jaman. Ada sedikit
renovasi yang dilakukan oleh pengelola gedung walaupun tidak begitu terlihat. Sebagai
informasi, bangunan studio yang juga berada dibawah naungan PNRI (Percetakan
Nasional Republik Indonesia) sempat terkena angin puting beliung sekitar lima
tahun yang lalu. Namun, orisinalitas gedung ini tetap terjaga dengan warna
kuning yang hampir pudar dipadu dengan batuan-batuan kecil yang ditempel ala
arsitektur belanda (ketauan nih saya bukan anak arsi). Sampai di depan Studio
Lokananta, saya lalu menuju pos penjagaan. Dan ternyata ada lagi kesalahan yang
saya buat. Hari sabtu dan minggu adalah hari libur untuk Studio ini. saya yang
diberitahu Pak Agus –penjaga kantor- bahwa hari sabtu dan minggu sudah tidak
ada karyawan yang masuk kemudian memasang muka melas (padahal mukanya udah
begini nih dari dulu, melas). Lima menit berbicara sebentar dengan Pak Agus,
Akhirnya beliau memutuskan untuk mengantar saya berkeliling Studio Lokananta,
dalam hati saya, akhirnya muka melas ini berguna juga.
Berjalan kedalam studio, di ruang pertama kita akan
menemukan kata-kata sambutan dari studio lokananta. Di ruangan tersebut yang
sepertinya juga sebagai ruang tunggu, hanya berisi sebagian pajangan pita-pita
rekaman yang dahulu digunakan untuk merekam lagu yang diproduksi oleh musisi-musisi
ciamik pada jamannya. pita master rekaman tersebut diletakkan di tembok yang
bersebelahan dengan denah Studio Lokananta. Kemudian saya masuk menuju ruang
museum.
Di ruang museum yang tidak terlalu besar, saya disuguhkan
oleh berbagai macam “artefak” yang tentu saja masih dirawat dan masih bisa
digunakan, walaupun ada beberapa benda di museum tersebut sudah dalam kondisi
tidak dapat digunakan. Mulai dari pattern generator, pemutar piringan hitam
tahun 1970, hingga speaker control tahun 1960 yang masih dalam kondisi baik
terletak di museum. Semua barang-barang tersebut dirawat sehingga masih
memiliki kualitas baik untuk dapat dijalankan sesuai fungsinya. Kekaguman saya
muncul ketika melihat VHS Video Recorder beserta kaset-kaset recorder yang ada
di dalam ruangan tersebut. Ternyata kaset-kaset VHS yang berisi tentang
video-video kebudayaan di indonesia berasal dari Studio Lokananta. Setelah menikmati
beberapa saat, kemudian saya diajak oleh pak Agus untuk menuju ruang
penyimpanan piringan hitam.
Ruangan penyimpanan piringan hitam berada tepat di sebelah
ruangan museum yang menyimpan mesin-mesin perekaman tadi. Begitu masuk ke
ruangan penyimpanan piringan hitam, satu-satunya kata yang saya ucapkan
adalah.. “anjiiing!!!”. Itu adalah satu-satunya kata yang saya ucapkan dan pak
Agus hanya cengangas cengenges. Ruang penyimpanan di Studio Lokananta menyimpan
ratusan keping piringan hitam. Dan semuanya adalah musik musik yang sangat
berkualitas. Mulai dari lagu-lagu daerah, hingga lagu-lagu pop 60an tersimpan
disana. Siapa yang tidak kenal Waljinah? Siapa juga yang tidak kenal Zaenal
Combo atau Combo Ria? Semua piringan hitam hasil rekaman mereka tersimpan rapih
di Studio Lokananta dan berdampingan dengan musik-musik berkualitas lainnya. Selain
itu, di dalam ruangan ini juga menyimpan rekaman-rekaman suarau Bung Karno saat
memberikan pidato di berbagai tempat. Rekaman pidato tersebut juga merupakan
salah satu koleksi “anjing!” menurut saya. Sepertinya hanya Studio Lokananta
yang menyimpan rekaman pidato-pidato bung karno dengan suara khasnya. Pada dasarnya,
ruang penyimpanan tersebut adalah surga bagi para pencinta piringan-piringan
hitam. Setelah saya puas melihat koleksi-koleksi ciamik yang terdapat disana,
setelah saya keringetan juga berada di dalam ruangan penyimpanan Piringan
Hitam, akhirnya saya dan Pak Agus keluar untuk berkeliling lagi menuju ruangan
merchandise yang berisi cd hasil digitalisasi sebagian piringan-piringan hitam
yang terdapat di ruang peyimpanan Piringan Hitam. Setelah sedikit tur di
ruangan tersebut, akhirnya kami keluar dan lebih banyak bertukar pikiran di pos
satpam karena kondisi udara yang lebih segar dan sejuk.
Sebenarnya saya sedikit miris ketika melihat Studio
Lokananta sekarang. Studio ini pernah jaya di eranya. Dahulu, kata Pak Agus, pegawai di
Studio Lokananta bisa mencapai 120an orang terbukti dengan adanya lonceng yang
terletak di sebelah gedung tersebut. Kondisi tanah yang luas juga dapat
menggambarkan bahwa betapa hebatnya Studio ini pada jamannya. Namun, keadaan
tersebut berbanding terbalik sekarang. Pegawai di Studio Lokananta sekarang
hanya berjumlah 19 orang, termasuk satpam yang berjumlah 3 orang. Artinya,
hanya 16 orang saja yang berkantor disana. Terjadinya kemerosotan jumlah
pegawai juga merupakan salah satu kendala perawatan alat-alat rekaman yang
terdapat di Studio Lokananta. Pak Agus juga sempat bercerita bahwa dahulu,
Studio Lokananta juga memproduksi piringan-piringan hitam yang alatnya berada
ditengah gedung Studio. Namun, seiring berjalannya waktu, alat tersebut tidak
diketahui keberadaannya sehingga Studio Lokananta juga tidak memproduksi
piringan-piringan hitam lagi.
Kemirisan juga terlihat ketika memasuki ruangan penyimpanan
Piringan Hitam. Ruangan ber-AC adalah salah satu standar di dalam penyimpanan
piringan-piringan hitam agar kualitasnya dapat terjaga. Namun, di ruang
penyimpanan Piringan Hitam Tersebut tidak terdapat mesin pendingin ruangan
untuk menjaga suhu disana. Ruangan yang panas dikhawatirkan dapat merusak
kualitas Piringan Hitam dan dapat merusak bungkus dari Piringan Hitam tersebut.
Usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola Studio adalah dengan cara memberikan
bubuk kopi dan kapur barus untuk menjaga kondisi ruangan. Kopi dimaksudkan
untuk menjaga agar ruangan tidak berbau lembab dan tetap berbau netral,
sedangkan penyediaan kapur barus bermaksud untuk menjaga agar ruangan terjaga
dari kutu. Ketika berbicara mengenai hal tersebut, satu-satunya kendala yang
dihadapi oleh pihak pengelola adalah masalah biaya. Ketidaktersediaannya biaya
mengakibatkan kondisi di dalam Studio Lokananta menjadi biasa-biasa saja bahkan
dapat dibilang kurang. Dengan kondisi keberadaannya yang dibawah BUMN yaitu
PNRI, seharusnya Studio Lokananta mendapatkan suatu perhatian penuh dari
pemerintah khususnya pemerintah pusat. Menururt penuturan Pak Agus, sampai
sekarng, pemerintah pusat tidak pernah memberikan perhatian bahkan bantuan
secara finansial kepada Studio Lokananta. Padahal, pemerintah kota Surakarta
sempat manawarkan diri untuk mengambil alih kepemilikan dari pusat menjadi
kepemilikan daerah. Namun, dengan berbagai alasan yang diberikan oleh
pemerintah pusat, studio ini tidak dapat dialihkan tanggungjawabnya ke pemerintah
kota Surakarta. Memang terdapat suatu kejanggalan ketika mendengar cerita yang
dituturkan oleh Pak Agus, namun memang begitu lah realita yang terjadi
sekarang. Pak Agus sempat bercerita kepada saya bahwa para pegawai di Studio
Lokananta juga harus mati-matian mencari sampingan untuk tetap dapat menghidupi
dirinya. Salah satu caranya adalah dengan cara menjual hasil digitalisasi
Piringan Hitam kedalam format CD yang dapat dibeli di Studio tersebut.
Selain dapat menghasilkan karya yang dapat menunjang
perekonomian kreatif, Studio Lokananta juga merupakan salah satu peninggalah
sejarah yang tidak boleh dilupakan apalagi dihapuskan. Keberadaan Studio Lokananta
yang merupakan satu-satunya studio tertua yang melahirkan rekaman musisi-musisi
Indonesia ternama merupakan salah satu alasan mengapa keberadaan Studio
Lokananta harus dipertahankan. Untuk itu kawan, mari sebar luaskan pesan ini,
pesan yang bertujuan menyelamatkan sejarah musik Indonesia, Save Lokananta.
Minggu, 10 Februari 2013
Kita berdua hanya berpegangan tangan
Tak perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling bercerita
Tak perlu memuji
Kita berdua tak pernah ucapkan maaf
Tapi saling mengerti
Kita berdua tak hanya menjalani cinta
Tapi menghidupi
Ketika rindu, menggebu gebu, kita menunggu
Jatuh cinta itu biasa saja
Saat cemburu, kian membelenggu, cepat berlalu
Jatuh cinta itu biasa saja
Jika jatuh cinta itu buta
Berdua kita akan tersesat
Saling mencari di dalam gelap
Kedua mata kita gelap
Lalu hati kita gelap
Hati kita gelap
Lalu hati kita gelap
Langganan:
Postingan (Atom)