Jumat, 11 Mei 2012

Pol

Menjadi seorang polisi adalah cita cita saya dari kecil. Dari SD sampe SMA saya sering mondar mandir di jalan raya dan liat bapak-bapak polisi pake baju polisi dan peluit yang diselipin di keteknya (belakangan ini saya baru tau kalo ternyata yang diselipin adalah talinya, bukan peluitnya. itu juga talinya dikempit bukan diselipin). Buat saya, pekerjaan sebagai polisi itu mulia banget. Setiap hari kerjaannya ngatur lalu lintas biar nggak berantakan. Kalo lagi ada waktu senggang biasanya bantuin nenek-nenek yang abis dari pasar beli buah-buahan dan sayuran yang mau dijual lagi di warungnya, atau sekedar niup niup peluit nggak jelas (kalo yang ini saya beneran pernah nemuin polisi yang lagi jaga, trus karena saking nggak ada kerjaannya dia mainin peluit yang diselipin di keteknya). Oke, dari sana saya mulai bermimpi untuk menjadi polisi. Iya, polisi yang suka bantu nenek-nenek nyebrang dan rajin mainin peluit.
Waktu masih sekolah SD juga saya baru tau kalo ternyata polisi punya musuh utama. Iya musuh utama. Kaya power ranger yang punya musuh monster-monster-jelek-bisulan atau spiderman yang punya musuh si sandman. Musuh utama polisi itu adalah si komo. Iya, si komo. Jahatnya lagi ternyata si komo udah berafiliasi dengan susan. Pada tau susan kan? Iya, susan anak asuhnya mbak Ria. Pasti tau dooong, si susan kan cita citanya mau jadi dokter, pengen nyuntikin orang. Kenapa si komo? Karena si komo adalah usut punya usut adalah penyebab banjir di Jakarta. Banjir adalah masalah utama di jakarta. Dari pemerintahan gubernur Van den Bosch jakarta emang dikenal sebagai kota amsterdam kedua, wilayahnya bisa kaya di amsterdam, yaitu daratan yang berada dibawah permukaan laut. Tapi keadaan di Jakarta semakin diperparah dengan adanya si Komo. Iya, jakarta banjir terus. Dan kalian tau kan apa eksesnya kalo udah banjir? Yaitu macet. Macet itu musuh utama penduduk jakarta. Macet itu bisa membunuh setengah populasi jakarta karena stres. Tapi pertanyaannya adalah kenapa penduduk jakarta masih aja banyak nggak berkurang-kurang. Malahan tiap tahun penduduk jakarta terus bertambah. Oke, ini kenapa jadi ngelantur gini omongannya.
Balik lagi ke omongan polisi yang memiliki musuh si Komo dan Susan, gue sangat menyayangkan ini. pasalnya, waktu SD gue suka banget dengerin lagunya si Komo yang penyebab macet banjir dan ujung-ujungnya macet. Sampe sampe gue punya bonekanya si Komo dan gue kasih nama momo. Kenapa dengan lewatnya si komo harus banjir? Kenapa harus si komo yang dikorbankan? Kenapa bukan si buya? Kenapa dia tuhaan? Kenapaaaaa???? Kalian juga pada tau kan, kalo dengan terjadinya macet akan semakin memperparah pekerjaan polisi dan polisi akan semakin sering main panas-panasan di jalanan. Polisi akan semakin stres dan menimbulkan kejenuhan dalam bekerja. Bukan jenuh karena pacarnya seperti yang dinyanyikan oleh agnes monica, bukan.. tetapi jenuh karena seharian penuh si polisi harus terus terusan mengatur lalu lintas. Tidak ada pekerjaan lain dan akan membuatnya menjadi stres tingkat dewa. Dan dari sana lah, saya lalu membenci boneka si Komo kepunyaan saya, si momo. Alhasil, si momo jadi bulan bulanan saya, sampe-sampe tanpa disengaja, lehernya si momo putus karena tamparan keras dan jap kiri dari mr. Endhi. Dari sana juga saya semakin ingin menjadi seorang polisi.
Tetapi , keinginan menjadi polisi pun semakin lama semakin memudar di hadapan saya. Belakangan ini profesi seorang polisi adalah profesi yang menuntut kejujuran lagi, bukan kesantunan dan kesopanan. Polisi sebagai mitra masyarakat yang dahulu saya kenal sebagai pembantu nenek-nenek untuk menyebrang, sekarang berubah menjadi makhluk neraka yang buas, yang selalu memeras rakyat jelata. Keinginan itu semakin saya pendam ketika beberapa waktu lalu, majalah kenamaan indonesia juga memberitakan tentang rekening-rekening gendut polisi. Iya, dari dulu emang saya taunya kalo jadi polisi itu pasti jadi gendut. Contohnya om saya yang sekarang tinggalnya di pekanbaru. Dia itu dulu gendut banget. Katanya, kalo nggak gendut nggak oke. Baiklah, sebagai anak laki-laki yang polos, saya percaya kalo jadi polisi itu emang harus gendut. Biar oke. Jadinya harus gendut, kalo nggak gendut nggak oke.
Sejak pemberitaan bahwa polisi sekarang sudah banyak memiliki rekening yang gendut (sebenernya kenyataan juga udah ada sih, nggak hanya pemberitaan), saya jadi semakin miris ngeliat polisi yang gendut dan “kotor”. Saya punya saran nih buat polisi yang kotor. Kayaknya mereka harus mandi lagi deh, ditambah gosok gigi dan pake sabun cuci muka. Jangan kaya saya. Mandi sehari sekali aja alhamdulilah. Makanya, buat bapak polisi, sekarang harus rajin-rajin mandi yah, biar nggak kotor lagi. Oh iya, jangan lupa juga olahraga, biar nggak gendut lagi. Olahraganya simpel aja, cukup lari dari kehidupan ini, kalo udah keringetan kan bisa membakar kalorinya pak polisi, barang kali besok udah kurus, kaya saya :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar