Kamis, 12 Mei 2011

capung berkepala kelinci

Sore ini aku tak sengaja membuka catatan-catatan kecil yang sering ku buat. membaliknya lembar perlembar hingga ke halaman terakhir. Kemudian aku teringat akan hal kecil yang pernah menyelimuti diriku. Hal-hal kecil yang pernah kujanjikan kepadamu. Kau menginginkan seekor teman kecil, yang bisa menemanimu sepanjang hari, dan mengajakmu berimajinasi menembus ruang terluar dunia. Capung berkepala kelinci. Agak aneh memang permintaan mu yang satu ini.

Waktu itu kita masih memakai seragam biru. Aku sering mencuri pandang kepadamu yang sedang berjalan menuju kantin. Bersama sahabat karibmu, dan kau tak menghiraukan aku yang diam-diam telah memperhatikanmu sejak kita pertama kali bertemu. Aku hanya dapat menikmatimu dari kejauhan, bersama ranting pohon yang tertawa melihatku.

Sepulang sekolah, aku selalu menunggumu keluar dari gerbang sekolah. Memperhatikanmu akan naik angkutan yang berwarna apa. Aku selalu menunggumu untuk masuk terlebih dahulu, lalu sepuluh menit kemudian aku menyusul masuk. Kau selalu memilih angkutan yang berwarna oranye. Warna dan bentuk yang sangat kau kagumi, dan aku tidak mengerti kenapa. Kau selalu duduk di pojok belakang sebelah kanan angkutan itu. Memilih tempat yang setidaknya tepat untuk membuang kepenatan setelah hampir 6 jam engkau berkutat dengan buku. Rambutmu terurai diusap lembut oleh angin. Diam-diam aku menikmati keteduhan senyumanmu yang lahir dari bibir seorang malaikat kecil. Malaikat yang dapat membuat orang-orang disekitarnya tersenyum bahagia. Seperti biasa, aku hanya bisa menikmati keindahan sore itu dari pojok angkot, bersama senyumanmu.

Suatu ketika hubungan kita lebih dan lebih dekat. Engkau sering memanggil ku dan kita sering tertawa bersama. Aku selalu larut dalam kisah-kisah yang sering kau tuturkan. Ketika kau mulai bercerita tentang raja kancil dan putri kelinci, aku dengan senang hati memperhatikan raut wajahmu yang sedang asik bercerita. Aku larut. Aku larut dalam suasana siang itu selagi kau terus bercerita. Hingga pada hari yang paling istimewa dalam hidupmu, kau memintaku untuk memberimu hadiah. Hadiah yang tidak masuk akal, dan tidak akan pernah dapat dinalar bahkan oleh sepasang otak einstein sekalipun, capung berkepala kelinci. Aku kaget setengah mati mendengar permintaanmu.
__________

Sekarang kita telah terpisah 600 kilometer jauhnya. Lututku bisa keropos jika harus berjalan menuju kotamu. Saat ini kita hanya dapat bertegur sapa melalui dunia maya. Saling berbasa basi mengenai band favoritmu, berbicara lensa apa yang akan kau gunakan, dan film apa yang sedang kau sembah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar